Langkanya ruang perjumpaan antar sesama anak bangsa yang beragam suku, ras, budaya dan agama menjadi salah satu faktor penyebab langgengnya sikap hidup yang eksklusif dan intoleran.
Oleh karena itu, dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-93 Tahun 2021, Indonesian Conference on Religion and Peace menghadirkan ruang diskusi bagi pemuda lintas agama untuk menebar toleransi dan merawat kebinekaan, melalui kegiatan Anjangsana Pemuda Lintas Agama yang dilaksanakan pada hari Kamis, (28/10/2021).
Kegiatan Anjangsana Pemuda Lintas Agama yang pertama ini dilaksanakan di Gurdwara Sahib Ciputat Tempat Ibadah Umat Sikh (Yayasan Sosial Guru Nanak).

Guru Nanak Dev Ji adalah Guru pertama dan juga salah satu pendiri agama Sikh. Beliau hidup di masa pertengahan abad kelima belas sampai tiga dasawarsa awal abad keenambelas. Beliau dianggp orang suci, yang membawa perintah -perintah Tuhan Yang maha Esa untuk keselamatan manusia baik di dunia maupun di akhirat nantinya
Kata Sikh yang diambil dari bahasa Sansakerta sishya bermakna “pengikut atau pembelajar” (follower) terhadap Sepuluh Guru yang merupakan para utusan dan penyebar ajaran spiritual yang diajarkan oleh Guru Nanak. Seorang Sikh adalah seorang pencari kebenaran, yang percaya dengan hanya satu Tuhan, sang realitas tertinggi, dan mengikuti ajaran sepuluh guru yang tercermin dalam kitab suci, Guru Grant Sahib.
Disambut dengan Penampilan Kirtan

Menurut Harkirtan, bahasa yang digunakan dalam membawakan Kirtan adalah bahasa Punjabi (Gurmukhi) yang merupakan bahasa asli kitab suci Sikh. Lirik yang dinyanyikan dalam Kirtan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan ditampilkan di layar monitor dan tv ukuran besar di bagian depan atas altar.

Gedung kantor Yayasan Sosial Guru Nanak itu sekaligus juga mencakup beberapa gedung yang digunakan sebagai sekolah internasional tingkat dasar, tempat belajar bahasa dan juga bangunan rumah ibadah agama Sikh yang disebut Gurdwara (Jalan menuju Tuhan).
Arsitektur bangunan Gurdwara mirip dengan Masjid karena menggunakan ornament kubah seperti yang ada pada pintu dan jendela masjid. Tak ada kursi atau tempat duduk di dalam ruangan, hanya karpet. Laki-laki diwajibkan menggunakan tutup kepala, sebagian menggunakan turban, sebagian lagi hanya potongan kain yang diikatkan di kepala. Sementara kaum perempuan menggunakan busana panjang dengan kerudung, mirip dengan cara pakaian muslimah Indonesia.
Manji Sahib yang diatasnya diletakkan kitab suci Guru Grant Sahib

Di bagian depan tengah rumah ibadah Agama Sikh terdapat semacam mimbar (Manji Sahib) yang diatasnya diletakkan kitab suci Guru Grant Sahib. Seseorang menjaga dan mengipasinya dengan kipas yang khusus. Saat memasuki ruang ibadah, umat Sikh memberikan penghormatan, membungkuk dan bersujud menghadap kitab suci.
Setelah selesai melihat penampilan kirtan dan juga berdiskusi, semua peserta bergegas ke ruangan terbuka yang menjadi lobby bangunan Gurdwara disebut dengan langgar- dapur umum, dimana sudah tersedia makanan dan minuman. Tikar dan karpet memanjang lurus, diatur ke dalam beberapa shaf (baris). Semua orang duduk di lantai beralaskan tikar/karpet,sementara sebagian orang sibuk melayani ada yang mengambilkan minum, nasi, lauk, buah-buahan, kue dan roti.
Langgar untuk Meperkuat Toleransi
Menurut Prem, Langgar selalu menyediakan makanan setiap hari, “Selalu tersedia makanan setiap hari di Langgar, dan juga selalu ada di setiap Gurdwara. Makanan ini disiapkan dan dihidangkan oleh sukarelawan dan terbuka untuk umum. Tradisi ini dimulai dari Guru Nanak Dev Ji dengan tujuan memperkuat prinsip kesetaraan dan toleransi,” beber Prem.
Semua orang mendapatkan makan dan minum ini secara cuma-cuma dan tanpa perlu khawatir ada halangan karena menu makanan semuanya berbahan tumbuhan (vegetarian). Makanan khas di Gurdwara adalah roti canai, sejenis roti pipih dengan khas India yang disiram dengan dal kacang hijau.