Soal Dialog Antar Umat Beragama, Romo Magnis Beri 3 Catatan
JAKARTA, ICRP : Acara bedah buku “Perjalanan Menjumpai Tuhan” ramai dihadiri aktivis lintas iman. Ruang rapat Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) pada Kamis (23/4) sesak dipenuhi peserta diskusi. Beberapa peserta bahkan rela untuk berdiri menyaksikan diskusi siang ini.
Beberapa tokoh yang hadir di antaranya Agamawan Katolik Frans Magnis Suseno, Ketua Yayasan Cahaya Guru (YCG) Henny Supolo, Ketua Ikatan Jemaat Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jalaludin Rakhmat dan lain-lain.
Tak membuang waktu, Ahmad Nurcholish yang siang ini menahkodai diskusi langsung memberikan kesempatan tokoh senior yang hadir sebelum memulai sesi tanya jawab. Frans Magnis Suseno mendapat giliran. Frans Magnis Suseno atau yang lebih dikenal Romo Magnis memberikan tiga catatan dalam upaya meningkatkan hubungan antar umat beragama. Pertama, menurut Romo Magnis hal yang penting ialah membangun komunikasi yang intensif antar umat beragama. Hal ini, menurut Romo Magnis bisa mengurai adanya kecurigaan yang mendalam. “Kita akan lebih biasa pada peredaan, ini penting sekali biar masing-masing umat tak saling merasa terancam,” kata Romo.
Poin kedua, yang Pria kelahiran Austria 78 tahun lalu ini, ialah pentingnya umat beragama untuk mendasarkan pemahaman keagamaanny pada nilai-nilai kebudayaan dan kebangsaan. “Saya lihat banyak orang-orang yang hanya hidup atas nama agama dia menjadi ideoogis dan berbahaya. orang mesti sadar hal-hal tertentu yang juga atas nama agama dibuat oleh orang-orang yang tak baik,” ucap Romo Magnis “Atas nama agama orang-orang semacam ini bisa membunuh padaha l tentu saja membunuh tidak bisa dibenarkan” sambung Romo Magnis.
Hal terakhir yang Romo ungkapkan ialah mengenai pentingnya umat beragama untuk mulai bersikap kritis pada teks-teks agama. “Kita di ICRP perlu membicarakan bersama-sama ayat-ayat yang membenarkan kekerasan, tidak bisa selamanya bicara yang baik-baik saja karena disitu (teks-teks agama) dituliskan seperti itu,” ungkap Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara ini. Sore itu ia memberikan beberapa polemic dalam teks-teks agama. “Di perjanjian lama salah satu dosa Israel itu adalah bahwa mereka tidak memusnakah semua bangsa Palestina. Jadi mereka seolah mersa genocida mereka belum benar-benar kaffah. Hal semacam ini yang harus dihadapi,” ucap Romo Magnis.
Contoh kedua, Romo lontarkan perkara yang ada di Katolik. “Dulu di Katolik melihat orang yang tidak dibaptis tidak bisa mendapat jalan keselamatan,” ungkapnya Menurut Romo Magnis polemic semacam ini perlu dihadapi. “Kita perlu jujur mengatakan bahwa ISIS itu bisa membenarkan segenap tindakan mengerikannya dengan teks-teks agama,” kata Romo Magnis.
JAKARTA, ICRP : Acara bedah buku “Perjalanan Menjumpai Tuhan” ramai dihadiri aktivis lintas iman. Ruang rapat Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) pada Kamis (23/4) sesak dipenuhi peserta diskusi. Beberapa peserta bahkan rela untuk berdiri menyaksikan diskusi siang ini. Beberapa tokoh yang hadir di antaranya Agamawan Katolik Frans Magnis Suseno, Ketua Yayasan Cahaya Guru (YCG) Henny Supolo, Ketua Ikatan Jemaat Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jalaludin Rakhmat dan lain-lain.
Tak membuang waktu, Ahmad Nurcholish yang siang ini menahkodai diskusi langsung memberikan kesempatan tokoh senior yang hadir sebelum memulai sesi tanya jawab. Frans Magnis Suseno mendapat giliran. Frans Magnis Suseno atau yang lebih dikenal Romo Magnis memberikan tiga catatan dalam upaya meningkatkan hubungan antar umat beragama. Pertama, menurut Romo Magnis hal yang penting ialah membangun komunikasi yang intensif antar umat beragama. Hal ini, menurut Romo Magnis bisa mengurai adanya kecurigaan yang mendalam. “Kita akan lebih biasa pada peredaan, ini penting sekali biar masing-masing umat tak saling merasa terancam,” kata Romo.
Poin kedua, yang Pria kelahiran Austria 78 tahun lalu ini, ialah pentingnya umat beragama untuk mendasarkan pemahaman keagamaanny pada nilai-nilai kebudayaan dan kebangsaan. “Saya lihat banyak orang-orang yang hanya hidup atas nama agama dia menjadi ideoogis dan berbahaya. orang mesti sadar hal-hal tertentu yang juga atas nama agama dibuat oleh orang-orang yang tak baik,” ucap Romo Magnis “Atas nama agama orang-orang semacam ini bisa membunuh padaha l tentu saja membunuh tidak bisa dibenarkan” sambung Romo Magnis. Hal terakhir yang Romo ungkapkan ialah mengenai pentingnya umat beragama untuk mulai bersikap kritis pada teks-teks agama.
“Kita di ICRP perlu membicarakan bersama-sama ayat-ayat yang membenarkan kekerasan, tidak bisa selamanya bicara yang baik-baik saja karena disitu (teks-teks agama) dituliskan seperti itu,” ungkap Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara ini.
Sore itu ia memberikan beberapa polemic dalam teks-teks agama. “Di perjanjian lama salah satu dosa Israel itu adalah bahwa mereka tidak memusnakah semua bangsa Palestina. Jadi mereka seolah mersa genocida mereka belum benar-benar kaffah. Hal semacam ini yang harus dihadapi,” ucap Romo Magnis.
Contoh kedua, Romo lontarkan perkara yang ada di Katolik. “Dulu di Katolik melihat orang yang tidak dibaptis tidak bisa mendapat jalan keselamatan,” ungkapnya Menurut Romo Magnis polemic semacam ini perlu dihadapi. “Kita perlu jujur mengatakan bahwa ISIS itu bisa membenarkan segenap tindakan mengerikannya dengan teks-teks agama,” kata Romo Magnis.