“Puasa; Mekanisme Membangun Solidaritas Sosial”
LATAR BELAKANG
Persoalan bangsa Indonesia kian lama kian kompleks. Tak dapat dipungkiri bahwa terdapat banyak prestasi yang telah ditorehkan selama bangsa ini berdiri. Pencapaian ekonomi yang walaupun dalam sebulan terakhir cenderung menurun, tapi secara umum Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tergolong tinggi di dunia. Begitu pun dalam bidang kebebasan pers, masyarakat Indonesia boleh berbangga karena pers Indonesia termasuk sangat independen, meski juga pembunuhan dan teror terhadap jurnalis juga selalu membayangi.
Namun demikian, dengan segala pencapaian ekonomi yang selalu dibanggakan dan juga kebebasan pers yang dianggap sangat baik, Indonesia menyimpan bahaya laten yang dapat meluluhlantakkan tatanan kehidupan berbangsa ini kapan saja; solidaritas sosial yang semakin rapuh. Rapuhnya solidaritas sosial ini terlihat dari banyaknya konflik sosial yang terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia, dengan penyebab yang berbeda-beda. Penyebab dari konflik sosial ini bisa masalah keluarga, pilihan politik dalam pilkada, maupun karena hasutan atas nama agama dan keyakinan. Konflik sosial yang terjadi selalu menimbulkan kerugian material, bahkan beberapa menelan korban jiwa. Namun kerugian yang pasti selalu ada dalam sebuah konflik sosial adalah runtuhnya solidaritas sosial.
Persoalan serius terkait pengakuan, toleransi, serta penghormatan terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan. Kondisi ini tentu sangat terkait dengan kebijakan politik pluralisme Negara. Meski tak secara tersurat dinyatakan dalam konstitusi, namun kondisi itu berlangsung dalam kebijakan, wacana, dan praktik hubungan antar-agama di Indonesia. Negara seolah selalu absent dalam penanganan berbagai persoalan terkait kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Padahal, para founding-fathers bangsa telah merumuskan adanya jaminan kebebasan beragama dan berekspresi sebagaimana tertuang Pembukaan UUD 1945; yang salah satu tujuannya adalah “melindungi seluruh bangsa Indonesia”. Menurut Jimly Asshiddiqie (Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia), kata “seluruh” (segenap) di sini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku, ras, agama, dan perbedaan lainnya yang harus dilindungi. Jadi, sangat jelas bahwa semua agama yang ada di Indonesia itu harus dilindungi sebagai bagian dari melaksanakan tujuan ini nasional.
Namun realitasnya, negara yang seharusnya berada di atas semua golongan, kelompok, dan agama sering (cenderung) berperilaku memihak dan digunakan sebagai alat pemukul. Negara yang seharusnya memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengelola keragaman dan perbedaan malah membuat berbagai hukum dan kebijakan yang tak bisa mengakomodir dan menghargai keragaman tersebut.
Berbagai persoalan untuk menyebut diantaranya, penyerangan terhadap Jemaat Ahmadiyah, Jemaat Syiah, kasus Irsyad Manji, kasus GKI Jasmin, Filadefia, serta berbagai kasus pelarangan pendirian rumah ibadah lainnya. Selain juga persoalan yang tak kalah serius adalah fanatisme sempit, serta radikalisme di kalangan kaum muda.
Fakta-fakta di atas menunjukan bahwa solidaritas sosial dan kesadaran akan keberagaman di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Sebuah tantangan yang harus dihadapi oleh seluruh komponen bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, spirit para aktifis serta pejuang pluralisme dan perdamaian tak boleh sedikitpun kendor dalam perjuangannya. Sebab eksistensi bangsa yang jadi taruhannya. Persoalan inilah yang akan menjadi topik utama dalam acara ini. Sehingga diharapkan bisa menjadi modal/spirit baru dalam memperjuangkan pluralisme dan perdamaian di bumi Nusantara tercinta.
BENTUK KEGIATAN
Adapun bentuk kegiatan kegiatan ini adalah sebagai berikut;
- Diskusi/talk-show dengan tema “Puasa; Mekanisme Membangun Solidaritas Sosial” yang akan dipandu oleh seorang moderator
- Buka puasa bersama seluruh pendiri, pengurus, staff, stakeholders, serta volunter ICRP
- Pembagian Sembako ke warga sekitar ICRP
TUJUAN
- Sebagai forum silaturahmi dan komunikasi internal pendiri, pengurus, staff, stakeholders, serta volunter ICRP
- Sebagai upaya memperkuat spirit perjuangan untuk pluralisme dan perdamaian
- Sebagai salah satu wujud perayaan akan kebhinekaan
- Memperkuat tali silaturahmi antar ICRP dengan warga sekitar kantor ICRP
- Sebagai wujud kepedulian bersama akan nasib dan masa depan bangsa Indonesia yang plural
- Sebagai salah satu wujud implementasi visi serta misi ICRP dalam membangun serta mendorong budaya toleransi dan perdamaian
WAKTU DAN TEMPAT
Kegiatan ini akan dilaksanakan di kantor ICRP; Jl. Cempaka Putih Barat XXI No. 34, Jakarta 10520. Telp (021) 4280 2349, 4280 2350, fax. (021) 422 7243, pada tanggal 31 Juli 2013, Jam 15.30 WIB-Selesai.
PEMBICARA
Mengingat bentuk acara adalah talkshow, maka dalam kegiatan ini semua undangan diharapkan berpartisipasi aktif dalam mendiskusikan tema terkait dengan panduang moderator.
Beberapa pembicara kunci adalah para tokoh dari masing-masing agama yang akan membagi pengalaman dan kesan mengenai ritual puasa dalam masing-masing agama.
PERSERTA
Adapun peserta atau audience yang akan terlibat dalam kegiatan ini adalah Pendiri, pengurus, staff, stakeholders, jaringan, dan volunter ICRP
PENUTUP
Demikian ToR ini kami siapkan agar dapat dijadikan acuan sebagai pelaksanaan kegiatan. Atas perhatian dan kerjasamanya kami sampaikan terimakasih.
Jakarta 15 Juli 2013
Siti Musdah Mulia
Ketua Umum